ARUNG SEJARAH BAHARI IV
- I. Latar Belakang
Satu diantara pembentuk ke-Indonesiaan itu adalah Kepulauan Riau dengan indentitasnya Bahasa Melayu ketika diubah sebagai identitas politik menjadi Bahasa Indonesia telah menjadikan bahasa itu sebagai bhasa pemersatu bagi terbentuknya Negara Bangsa Indonesia. Bahasa Melayu yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa penghubung oleh para pelaut dan pedagang telah berhasil membentuk jaringan kebahasaan di seluruh Nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Thailand dan Philipina. Bahkan saat ini bahasa Melayu merupakan bahasa terbesar kelima di seluruh dunia. Penyebaran bahasa yang begitu luas tentu dipengaruhi oleh pelayaran para pelaut-pelaut Nusantara. Dengan dasar itu dapat dikatakan bahwa laut sebagai ruang geografis yang merupakan factor integrative yang dapat mempersatukan suku-suku bangsa di Nusantara.
Aspek lain yang sangta penting pula adaah Riau sebagai pusat perdagangan dan pelayaran dari masa colonial sampai sekarang. Pada masa colonial, riau merupakan kawasan berniaga bagi pedagang-pedagang dari Borneo (Kalimantan) dan Celebes (Sulawesi) yang dating dari Singapura. Ketika itu, Singapura belum memiliki peranan yang berarti dalam dunia perdagangan di kawasan Selat Malaka. Sebagai wilayah kepulauan dengan komponen perairan yang sangat dominan, perkembangan jaringan pelayaran merupakan salah satu factor penentu dan bagian internal dari dinamika ekonomi HIndia Belanda dan untuk menopang keberadaannya di Negeri jajahan. Kejayaan Riau mengalami kemunduran setelah berkembangnya Singapura sebagai pelabuhan terbesar di dunia.
Interaksi pelaut-pelaut dari berbagai wlayah ini menghasilkan budaya baru yang sangat penting bagi berkembangnya peradaban umat manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa Riau merupakan pintu gerbang utama bagi masuknya peradaban maritime di Indonesia. Untuk itu pemahaman tentang sejarah maritime di Kepulauan Riau khususnya dan sejarah maritime Indoensia pada umumnya menjadi sangat penting bagi generasi muda Indonesia.
Untuk itulah Direktorat Geografi sejarah. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala mengadakan kegiatan Arung Sejarah Bahari IV dengan tema “Menguak Jalur Utama Perdagangan dan Pelayaran di Pusat Peradaban Melayu”.
Kegiatan Arung Sejarah Bahari memiliki makna yang sangat penting bagi pembentukan nation and character building bagi bangsa Indonesia. Arung yang berarti menjelajah samudera luas, sedangkan sejarah disini diberi makna sebagai kehidupan manusia di masa lampau sedangkan bahari adalah laut beserta dinamika dan peradaban yang berkembang. Artinya laut tidak hanya dilihat sebagai kumpulan air yang sangat luas tetapi bahari disini menyangkut aspek-aspek kehidupan yang ada di wilayah tersebut. Jadi kegiatan ini dapat berarti mengarungi lautan sejarah atau dengan kata lain mengarungi sejarah kehidupan manusia dalam lingkup dan tingkat peradaban yang telah dicapainya.
- II. Tujuan
- Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat kebaharian khusunya di kalangan generasi muda
- Mendorong terbentuknya forum silaturahmi antargenerasi muda maritime yang bersifat nasional
- Untuk meningkatkan pemahaman generasi muda tentang peradaban maritime dan potensi kelautan dalam peningkatan sumber daya ekonomi
- Menggali factor-faktor integrative yang berasal dari peradaban Melayu khusunya di Kepulauan Riau
- Mnegadakan perjalanan terhadap pusat-pusat peradaban maritime di Kepulauan Riau
- III. Ruang LIngkup
Kegiatan Arung sejarah Bahari dimulai sejak tahun 2006 (AJARI I) dengan mengarungi pusat-pusat peradaban di Laut Jawa yang dimulai dari Pelabuhan Tanjung Priok – Tanjung Perak – berakhir di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. AJARI II menyusuri Sungai Kapuas di Pontianak Kalimantan Barat dan pusat-pusat peradabannya; AJARI III mengarungai pusat-pusat peradaban di Maluku Utara dimulai dari Ternate-Tidore, jailolo.
Kegiatan AJARI IV akan dilaksanakan di Provinsi kepulauan Riau yang dimulai dari Pulau Bintan, Pulay Penyengat – Pulau Batam dan pulau-pulaudisekitarnya diikuti mahasiswa dari seluruh Indonesia yang berjumlah 100 orang yang meliputi:
- Ekspedisi mengarungi lautan dengan mengunjungi pusat-pusat peradaban maritime di wilayah Kepulauan Riau.
- Peserta diwajibkan membuat karya tulis yang berkaitan dengan sejarah maritime, dari karya tulis yang masuk dipilih 6 naskah untuk dipresentasikan dan dinilai oleh dewan juri.
- Peserta diwajibkan membuat laporan selama mengikuti kegiatan berlangsung.
- Pentas seni yang ditampilkan oleh masing-masing peserta.
- Diskusi dengan pakar
- Presentasi Mahasiswa
- Fun games untuk menciptakan kerjasama dan pembentukan karakter.
- IV. Diskusi dengan Pakar
Untuk memberikan pemahaman kepada para peserta maka dalam kegiatan Arung Sejarah Bahari IV akan diadakan diskusi dengan menampilkan beberapa pakar diantaranya:
- Keynote Speaker oleh Gubernur Provinsi kepulauan Riau: “Kepulauan Riau Tantangan dan Harapan ke Depan”
- Hj. Suryatati A. Manan (Walikota Tanjung Pinang): ”Pengalaman selama Menjadi Walikota Tanjung Pinang”
- Dr. Mukhlis PaEni: “Orang MelayuL Dalam Pertautan Budaya Nusantara”
- Prof. Dr. Susanto Zuhdi: “Jalur pelayaran dan Perdagangan di selat Malaka”
- Drs. Al Azhar, MA: “Penulis Sastra Melayu: Dari Masa Kerajaan Riau-LInga hingga Kini”
- Ir. I Gede Suratha, MMA: “Demokrasi dan Etika Lokal”
Moderator: 1. Keneddy Nurhan (wartawan Kompas)
2. Abdul kadir Ibrahim (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinnag)
- V. Presentasi Mahasiswa
Salah satu persyaratan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan Arung Sejarah Bahari IV diantaranya adalah penyusunan karya tyulis dengan teman “Menguak Jalur Utama Pelayaran dan Perdagangan di Pusat Peradaban Melayu”. Ada 4 sub tema yang dapat dikerjakan mahasiwa yaitu:
- Jaringan Pelayaran dan Perdagangan di Selat Malaka
- Potensi, Hambatan dan Harapan dalam Pengembangan hasil Laut
- Laut Sebagai Faktor Integrasi Nasional
- Bahasa Melayu Sebagai Faktor Integrasi Bangsa
Dari seluruh naskah yang masuk ke panitia, akan dipilih 6 naskah terbaik oleh tim juri yang ditunjuk. Untuk menentukan urutan pemenang, 6 mahasiswa yang naskahnya terpilih akan melakukan presentasi dalam acara diskusi mahasiswa dan dinilai oleh dewan juri.
- VI. Fun Games
Kegiatan fun games adalah kegiatan untuk menguji keaktifan, kepedulian, kerjasama diantara peserta. Kegiatan fun games diadakan disela-sela perjalanan dari Tanjungpinang ke Lingga dank e Batam dan tempat-tempat lain yang memungkinkan untuk dilaksanakannya fun games. Materi fun Games meliputi game yang berkaitan dengan kesejarahan dan pendidikan karakter bangsa. Dari aktifitas para peserta ini akan diadakan penilaian dan akan diberi hadiah oleh panitia.
Laporan Perjalanan
Sebelum kegiatan Arung Sejarah bahari dilakukan, peserta AJARI IV baik mahasiswa maupun delegasi dari BPSNT dan UPDT terlebih dahulu melakukan registrasi di Kompleks Depdiknas Gedung E lt.1 Senayan, Jakarta. Malam harinya mahasiswa yang sudah melakukan registrasi melakukan perkenalan. Selanjutnya keesokkan harinya pada 21 Juli 2009 secara bersama-sama peserta dan panitia berangkat bersama-sama ke Tanjung Pinang melalui Bandara Soekarno-Hatta. Setibanya di Bandara Raja Haji Fisabillilah Tanjung Pinang, rombongan disambut tuan rumah (terdiri dari mahasiswa asal KEPRI dan segenap instansi yang berkaitan). Selanjutnya rombongan check-in di Bintan Permata Beach Hotel. Sesaat setelahnya, rombongan langsung meluncur ke sebuah objek prasejarah di Bintan, yakni kjokkenmodinger. Kjokkenmodinger merupakan sampah dapur yang menggunung. Sampah ini sebenarnya merupakan timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung dan telah memfosil. Temuan prasejarah yang kemudian dikenal dengan Bukit Kerang ini berdasarkan hasil penelitian merupakan sisa aktivitas manusia masa lalu atau prasejarah di daerah pesisir yang diperkirakan berlangsung sekitar 3000 M.
Acara selanjutnya disususul dengan Diskusi Panel I dan II yang diadakan di Comfort Hotel. Diskusi yang dimoderatori oleh Drs. Abdul Kadir Ibrahim tersebut menampikan empat narasumber, yakni Hj. Suryati A. Manan. Walikota Tanjung Pinang tersebut mengangkat judul “ Pengalaman selama menjadi Walikota”. Rupanya selain bertindak sebagai walikota Hj Suryati juga seorang penyair. Satu karyanya yang berhasil Ia telurkan ialah Buku “ Perempuan Walikota_Kumpulan Puisi Suryati”. Dalam buku kumpulan puisinya tersebut penyair sekaligus walikota ini mengungkap berbagai realita sosial yang carut marut di Kepri. Diskusi kemudian disambung oleh ketua MSI, Dr. Muklis PaEni yang mengangkat tema ”Orang Melayu Dalam Pertemuan Budaya Nusantara”. Sementara itu Diskusi Panel II dimoderatori oelh Kennedy Nurhan. Dalam diskusi bagian ke dua tersebut tampil sejarawan UI, Prof. Dr. Susanto Zuhdi yang mengangkat tema “Jalur Pelayaran dan Perdagangan di Selat Malaka”. Di sisi lain pembicara pungkasan, Drs. Al- Azhar, mengangkat tema ”Penulis Sastra Melayu:dari Masa Kerajaan Riau-Lingga hingga Kini”.
Hari ke-2 di Tanjung Pinang, rombongan mengunjungi Meseum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah sekaligus membuka pameran khusus. Acara kemudian dilanjutkan kunjungan ke kota lama, Makam Daeng Celak dan Daeng Marwah, setelah sebelumnya menyusuri Sungai Carang. Kunjungan ke Senggarang pun menjadi agenda yang tak bisa ditinggalkan. Senggarang merupakan pusat kelenteng di Pulau Bintan. Keberadaan kelenteng ini tidaklah bisa dilepaskan dari banyaknya etnis Cina yang menghuni pulau ini. Diperkirakan etnis Cina yang menghuni pulau ini sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya. Siang harinya perjalanan dilanjutkan ke Pulau Penyengat. Selain rombongan dimanjakan lidahnya, di Pulau ini rombongan juga disuguhi pagelaran seni “ Gurindam Dua Belas”. Hal yang semakin membuat terkagum-kagum ketika yang mendendangkan Gurindam Dua Belas tidak hanya para mahasiswa Kepri, tetapi juga seorang Lurah Pulau Penyengat yang seorang wanita masih berusia lebih kurang 24 tahun. Beranjak dari Pulau Penyengat, petualangan terhenti sejenak guna mengikuti serangkaian upacara pembukaan oleh Gubernur Kepulauan Riau. Selepas pembukaan AJARI secara resmi oleh Gubernur Kepri tersebut, malam harinya rombongan kembali dimanjakan dengan jamuan makan malam bersama Gubernur dan sekaligus pagelaran seni dari Pemda Kepri dan mahasiswa.
Setelah dua hari berada di Tanjung Pinang, akhirnya dimulailah petualangan bahari yang sesungguhnya. Kegiatan menyusuri lautan pun dimulai. Selama kurang lebih empat jam rombongan mengarungi lautan dari Tanjung Pinang menuju ke Pulau Lingga. Sembari mengisi kekosongan waktu selama perjalanan, peserta mahasiswa melakukan fun games, di mana para peserta terbagi dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kegiatan ini sebenarnya bertujuan untuk melatih kekompakkan dan ketangkasan memecahkan masalah secara berkelompok. Sesampainya di Lingga, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi objek-objek peninggalan sejarah di Daik, Lingga. Sesaat setelahnya dilanjutkan dengan diskusi mahasiswa. Adapun yang menjadi pembicara dalam diskusi ini ialah 6 mahasiswa yang makalahnya masuk sebagai 6 makalah terbaik, termasuk makalah saya.
Seperti hari-hari sebelumnya, malam hari adalah ajang untuk have fun. Lagi-lagi persembahan seni kembali digelar. Tidak jauh berbeda dengan persembahan seni di tempat-tempat sebelumnya. Persembahan seni di Lingga juga berasal dari Pemda Kab. Lingga juga dari perwakilan mahasiswa peserta AJARI IV. Dalam pagelaran seni yang cukup meriah dan bervariasi tersebut paling tidak menambah wawasan para peserta, khususnya dari kalangan mahasiwa untuk semakin menghargai diferensiasi budaya di Indonesia, karena pada hakikatnya meskipun berbeda-beda Indonesia tetaplah satu.
Keesokkan harinya pada Jumat, 24 Juli 2009, acara kembali dilanjutkan. Pada kesempatan itu kegiatan mengarungi lautan kembali dilakukan. Jika sehari sebelumnya rombongan AJARI IV hanya mengarungi lautan selama empat jam, maka pada hari itu perjalanan ke Batam ditempuh selama kurang lebih 4,5 jam. Setibanya di Batam kegiatan dilanjutkan menuju ke Pulau Galang. Di Pulau ini, rombongan mengunjungi Kamp pengungsian Vietnam. Eksodus orang-orang Vietnam ke luar Vietnam pada masa Perang Vietnam ini salah satunya di Pulau Galang. Selanjutnya para pengungsi tersebut oleh UNHCR dikategorikan sebagai pengungsi politik. Adapun sisa-sisa aktivitas para pengungsi di Pulau Galang tersebut kini menjadi objek sejarah. Adapun diantara objek tersebut seperti, Vihara Dewi Kuan-In, Perahu Bekas Para Pengungsi, Kamp bekas tempat tinggal para pengungsi, Gereja dan Rumah Sakit, Makam Ngha Ra.
Hal yang tidak dilewatkan rombongan AJARI ialah singgah ke Jembatan Barelang. Di Jembatan yang menjadi icon Batam ini rombongan sibuk mengabadikan diri dengan berfoto bersama. Selepas beranjak dari Barelang, malam harinya acara penutupan pun digelar. Seperti halnya ketika rombonagan AJARI IV tiba di Kepri disuguhi pegelaran seni, dalam acara penutupan tersebut kembali digelar pagelaran seni pungkasan yakni kesenian khas Batam “ Mak Yong”. Selain itu dalam acara ini pulalah diumumkan para pemenang lomba, baik pemenang makalah maupun kelompok terbaik. Keesokkan harinya, sebelum meninggalkan Batam rombongan AJARI mengunjungi Nagoya. Nagoya merupakan sebuah pusat bisnis dan wisata belanja berbagai keperluan mulai dari makanan, fashion, ataupun barang elektronik, semua tersedia dengan harga terjangkau. Dengan kunjungan ke Nagoya tersebut lengkaplah petualangan di salah satu kota industri di Indonesia, yakni Batam. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan pulang ke daerah masing-masing.